BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latarbelakang
Membahas tentang akhlak, tidak pernah lepas dari perilaku
manusia. Karena akhlak sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari
manusia yang pertama kali, yaitu Nabi Adam as sampai sekarang ini. Baik
buruknya akhlak seseorang akan terliat dari bagaimana perilaku mereka. Tentunya
akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan mereka dalam masyarakat luas serta
di hadapan Allah Swt.
Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk
lain. Karena manusia tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk
Allah yang paling mulia. Kita dapat melihat dari firman Allah Swt. Dalam surat
At- Tin ayat 4-6 yang artinya:
Sesungguhnya kami telah
menciptkan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalika
dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal soleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.
Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu
Nabi Adam as. Tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan
perkembangannya pun tentu sangat menarik untuk kita pelajari. Mulai dari ilmu
akhlak di luar Islam, akhlak bangsa Ibrani, akhlak dalam ajaran Islam serta
akhlak sebelum Islam. Dimana memiliki pemikir-pemikir yang berbeda setiap
perkembangannya.
2.
Rumusan masalah
A.
Apa pengertian sejarah ilmu akhlak?
B.
Bagaimana Perkembangan ilmu akhlak di
luar Islam?
C.
Bagaimana akhlak bangsa Ibrani?
D.
Bagaimana akhlak sebelum Islam datang?
E.
Bagaimana akhlak dalam agama Islam?
3.
Tujuan
A.
Untuk mengetahui pengertian sejarah
ilmu akhlak
B.
Untuk mengetahui perkembangan ilmu
akhlak di luar Islam
C.
Untuk memahami akhlak bangsa Ibrani
D.
Untuk mengetahui akhlak sebelum Islam
datang
E.
Untuk mengetahui bagaimana akhlak
berkembang dalam Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian dan Sejarah Ilmu Akhlak
Sebelum memcari pengertian sacara keseluruhan, terlebih
dahulu kita mencari devinisi kata perkata. Sejarah adalah peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau. Pertumbuhan adalah tumbuh terus-menerus,
bercabang dan sepanjang waktu. Ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu. Akhlak adalah budi
pekerti, tingkah laku.[1]
Sejarah pertumbuhan ilmu akhlak adalah suatu peristiwa
perkembangan pengetahuan tentang tingkah laku seseorang melalui beberapa metode
yang disusun secara sistematis dari zaman ke zaman. Sejarah ilmu akhlak yaitu sejarah
yang mempelajari batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Akhlak dalam
arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini yaitu
apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya
wahyu (zaman fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat
penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu
baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.
Bangsa Arab
sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam bidang
akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan
kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu Islam
datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan
yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa
akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, umat
manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka lingkaran bangsa
Arab dalam segi akhlak dari segi sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah
dan sasarannya.
2.
Ilmu Akhlak di Luar Islam
Ilmu akhlak di luar Islam adalah pengetahuan tentang
akhlak yng tidak didasarkan pada Al-qurqn dan hadis. Ternyata banyak akhlak
yang tidak berdasarkan Al-quran dan hadis diantaranya yaitu:
A. Akhlak
pada bangsa Yunani
Pertumbuhan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru
terjadi setelah munculnya orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan
sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai
akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya
mengenai alam.[2]
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang
mereka bangun lebih bersifat filosofis. Pandangan dan pemikiran filsafat yang
dikemukakan para filosof Yunani berbeda-beda. Tetapi substansi dan tujuannya
sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis
yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.[3]
Berikut ini
adalah filsuf Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran dibidang akhlak.
1)
Socrates
(469-399 SM)
Socrates
dipandang sebagai orang yang merintis ilmu akhlak, karena ia pertama kali yang
berusaha sungguh-sungguh membentuk hubungan manusia dengan dasar ilmu
pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan pola hubungan itu tidak akan
terjadi kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan. Sehingga ia menyatakan
bahwa keutamaan itu adalah ilmu.[4]
Sesudah Socrates, lahirlah beberapa paham yang mengenai akhlak. Paham-paham itu
macam-macam sejak zaman itu hingga sekarang ini. Golongan yang terpenting dan
lahir sesudah Socrates adalah “Cynics” dan “Cyrenics”
2)
Cynics
Dibangun oleh Antithenes (444-370 SM)
Menurut
golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang berperangai ketuhanan. Mereka banyak mengurangi
kepentingan dunia, rela menerima apa adanya, suka menanggung penderitaan, tidak
suka kemewahan, dan menjahui kelezatan. Hal ini mereka lakukan karena dengan
cara ini lah ia selalu ingat pada Tuhan. Sebaliknya hidup bergelimang dengan
kemewahan akan membawa orang lupa pada Tuhan.
3)
Cyrenics
(450-341SM)
Menurut
golongan ini mencari kelezatan dan
menjahui kepedihan adalah satu-satunya tujuan hidup yag benar dan perbuatan
yang utama adalah perbuatan yang tingkat kelezatannya lebih besar dari pada
kepedihan.
4)
Plato
(427-347 SM)
Plato
berpendapat bahwa di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan
itu timbul dari perimbangan kekuatan itu. Meurutnya pokok-pokok keutamaan itu
ada empat yaitu,
1)
Hikmat
kebijaksanaan;
2)
Keberanian;
3)
Keperwiraan;
4)
Keadilan.
5)
Aristoteles
(394-322 SM)
Ia membangun
sebuah paham yang khas, pengikutnya dinamakan peripatetics. Dia
berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki oleh manusia mengenai segala
perbuatan ialah “bahagia”, jalan untuk mencapai bahagia adalah dengan
menggunakan akal sebaik-baiknya. Menurut Aristoteles tiap-tiap keutamaan adalah
tengah-tengah antara dua keburukan. Sebagai cotoh dermawan adalah tengah-tengah
diantara boros dan kikir.
6)
Stoics
dan Epicurius (322-240 SM)
Keduanya
berbeda pendapat dalam mengemukakan pandangannya mengenai kebaikan. Stoics
sebagaimana paham Cynics. Pendapatnya ini banyak diikuti oleh filsafat Yunani
dan Romawi. Sedangkan Epicurius mendasarkan pemikirannya pada paham Cyrenics.
B. Akhlak Agama Nasrani
Pada akhir abad
ketiga masehi, tersiar agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat membawa
pokok-pokok ajaran akhlak yang tersebut dalam Taurat dan Injil. Menurut agama
ini bahwa Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhan yang membentuk patokan-patokan
akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial. Agama ini
mengatakan bahwa yang disebut baik adalah perbuatan yang disukai Tuhan serta
berusaha melaksanakannya dengan baik.
C. Akhlak Bangsa Romawi
Pada abad
pertengahan gereja memerangi filsafat Yunani dan Romawi, serta menentang
penyiaran ilmu dan kebudayaa kuno. Mempergunakan filsafat diperkenankan
sekedarnya untuk meenguatkan keyakinan-keyakinan agama, batas-batasnya dan
ketertibannya. Pada masa ini filsafat yang menentang agama Nasrani di buang
jauh-jauh. Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah
ajaran akhlak yang dibangun dari peradaban antara ajaran Yunani dan Nasrani.
D. Akhlak Bangsa Arab
Bangsa Arab
pada zaman jahiliah, bangsa Arab tidak memiliki ahli filsafat yang mengajak pada
aliran paham tertentu di kalangan bangsa Yunani, seperti Epicurius, Zeno,
Plato, dan Aristoteles. Pada waktu itu
bangsa Arab hanya memiliki ahli hikmah dan ahli syair yang memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Setelah sinar
islam memancar, maka suasana bagaikan sinar matahari menghapiska kegelepan
malam. Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi bangsa yang unggul disegala
bidang, berkat akhlakul karimah yang diajarkan islam.
Allah
menjadikan manusia dalam betuk suasana yang baik dan memberikan jalan baik yang
harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa keutamaan seperti benar dan
adil, menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat sebagai pahaala
bagi orang yang mengikutinya.
E. Akhlak Agama Hindu
Akhlak agama
Hindu berdasarkan kitab Weda (1500 SM), selain mengandung dasar-dasar ketuhanan
juga mengajarkan prinsip akhlak Hindu yang wajib dipegang teguh oleh
pengikutya. Prinsip-prinsip tersebut adalah patuh dan disiplin pada pelaksanaan
upacara ajarannya sebagaimana mestinya. Seseorang yang bisa melakukan kewajiban
tersebut dengan smpurna maka dapat dipandang sebagai orang yang tercapai
derajat kemuliaan yang sesungguhnya. Sebaliknya orang yang melalaikan hal
tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam melaksanakan upacara keagamaan,
berarti dosa.
Tanda-tanda
yang dipandag baik dalam akhlak agama Hindu adalah
a)
Kemerdekaan;
b)
Kesehatan;
c)
Kekayaan;
d)
Kebahagiaan.
Hal itu dapat
dicapai jika seseorang patuh melaksanakan upacara keagamaan dengan baik dan
sempurna.
3.
Akhlak
Bangsa Ibrani
Bangsa Ibrani
yang populer dengan sebutan bani Israil, mengaku bahwa berdasarkan akhlak
mereka kepada ajaran yahudi yang disandarkan kepada ajaran Nabi Musa yang
tersebut dalam kitab Taurat. Bangsa ini pernah mendapat nikmat yang lebih dari
bangsa lain, karena banyak Nabi-nabi yang dilahirakan dari bangsa bani Israil.
Mereka telah
dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaran Allah melalui
Rasul-Rasul, dan mereka mengaku sebagai bangsa berakhlak yang berdasarkan
ajaran Allah. Tetapi mereka keluar dari garis akhlaqul karimah. Allah
menyiksa mereka dengan penderitaan yang luar biasa, lebih dari pada yang
dialami bangsa lain. Sekitar tahun 586 SM Yerusalem ibukota bani Israil dihancurka
oleh Nebukadnezar dan orang-orang Yahudi ditawan. Tahun 539 SM kerajaan
Babilonia dikalahkan oleh raja Persia, Cyrus dan orang-orang Yahudi terlepas
dari penindasan. Pada tahun 520 SM dapatlah bani Israil membangun kembali
Yerusalem. Namun ketik tahun 70 SM titus memasuki Yerusalem dan memusnahkan
kembali Yerusalem yang sudah dibangun oleh orang-orang bani Israil.
4.
Akhlak
Sebelum Islam
Akhlak sebelum Islam
maksudnya ialah akhlak yang dilmiliki oleh orang pada masa jahiliyah, yaitu
zaman kebodohan sebelum Islam lahir. Pada waktu itu penduduk Arab menyembah
berhala dan hanya beberapa tempat saja yang beragama Yahudi dan Kristen. Mereka
hidup tanpa mengenal adanya Allah. Mereka hanya memepercayai dan menyembah
berhala, menyembah matahari, bulan, dan menyembah bintang.
Dalam zaman
yang amat gelap tersebut bangsa Arab mempunyai sifat yang berani, ulet, kuat ingatan,
mempunyai perasaan, tahu harga diri, dan ingin kasih sayang. Namun sifat yang
baik tersebut dikalahkan ole sifat yang buruk. Selama zaman ini, bangsa Arab
diliputi dengan kezaliman. Para wanita tidak diperlakukan sebagai manusia. Tidak
ada batas bagi laki-laki berapapun mereka beristri. Jika seorang meniggal, maka
istrinya yang banyak tersebut termasuk harta pusaka bagi ahli warisnya.
Zaman jahiliyah
ini merupakan zaman yang akhlaknya dalam keadaan yang memprihatinkan. Akhlak
zaman jahiliyah ini hampir sama sekali dengan binatang. Namun jika dibandingkan
dengan binatang, sungguh binatang lebih baik, sebab binatang tidak mempunyai
akal pikiran tetapi ia mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi.
Manusia
mempunyai kelabihan tersendiri dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang
lainnya. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan mulia. Namun
kenyataannya manusia zaman ini justru barakhlak buruk.
Ada beberapa fenomena jahiliyah yang
dibenci Rasulullah, diantaranya:
a) Berdoa meminta kepada orang yang dianggap
saleh.
b)
Mengikuti
orang berilmu yang fasik dan ahli badah yang sesat lagi jahil.
c)
Percaya
sepenuh hati pada sihir
d)
Menyucikan
makhluk selayaknya sang khalik
e)
Munafik
dalam akidah
5.
Akhlak
Dalam Ajaran Islam
Akhlak dalam ajaran lslam
berdasarkan Alquran dan hadis. Ilmunya disebut ilmu akhlak yaitu suatu
pengetahuan yang mempelajari tentang akhlak manusia. Akhlak dalam ajaran Islam
merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna dan menuntun umat kepada
kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua itu terkandung dalam firman Allah dan
sunah Rasul.
Sesungguhnya Allah tidak memaksakan
suatu perintah atau mencegah dengan suatu larangan. Tetapi Allah menjadikan
kabaikan dunia tergantung akhlak mausia tentang keadilan, kebenaran, kejujuran
dan menjadikan kerusakan dunia karena sebaliknya. Tujuan dari setiap tingkah
laku dalam Islam adalah mendapat ridha Allah.
Ahli pikir islam yang terkemuka yang
giat menyuarakan akhlak Islam menerangkan sebagai berikut.
A.
Imam
Al-Ghazali (1058-1111 M)
Dengan kitabnya yang mashur “Ihya’
‘Ulumuddin”, mengungkap pandangan akhlak sebagai berikut:
1) Akhlak berarti bentuk jiwa.
2)
Akhlak
yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga kekuatan dalam diri manusia,
yaitu kekuatan berpikir, hawa nafsu, dan amarah.
3)
Akhlak
itu adalah kebiasaan jiwa yang tetap terdapat dalam diri manusia yang dengan
mudah dan tidak perlu berpikir menumbuhkan perbuatan dan tingkah laku manusia.
4)
Tingkah
laku seseorang itu lukisan hatinya.
5)
Kepribadian
pada dasarnya dapat menerima suatu pembentukan, tetapi lebih codong kepada
kebajikan dibanding kejahatan.
6) Jiwa itu dapat dilatih, dikuasai,
diubah kepada akhlak yang mulia dan terpuji.
B.
Al-Farabi
(879-950)
Ahli pikir Islam yang menitik beratkan
pandagan akhlak pada masalah kenegaraan.
Pandangan-pandangan akhlak yang disebutkan adalah sebagaii berikut.
1) Negeri yang utama ialah negeri yang memperjuangkan
kemakmuran dan kebahagiaan bagi masyarakatnya.
2)
Untuk
kepentingan itu, haruslah berpedoman pada contoh teraturnya hubungan antara
Allah dengan alam semesta dan antara isi alam satu dengan yang lainnya.
3)
Timbulnya
masyarakat karena tiga macam:
a)
Karena
ada kekuatan seseorang yang kuat seperti raja atau panglima yang memimpin dan
mempersatukan masyarakat.
b)
Karena
persamaan keturunan dan pertalian darah diantara warganya.
c)
Karena
hubungan perkawinan atau keluarga.
C.
Ibnu
Bayah (880-975 M)
Beberapa ilmu pengetahuan yang
dikuasainya, khususnya dalam masalah akhlak, ia memunyai pandagan sebagai
berikut.
1) Faktor rohanilah yang menggerakan manusia
melakukan perbuatan baik ataupun buruk.
2) Sebagian akhlak manusia ada yang
sama denagan akhlak hewan, misalnya sifat beraninya macan, sombongnya merak,
sifat malu, rakus, dan patuh dari berbagai binatang. Manusia yang tidak
mengindahkan sifat kesempurnaan berarti hanya mencukupkan dirinya pada sifat-sifat
hewani saja dan keutamaannya menjadi hilang.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sejarah
pertumbuhan ilmu akhlak adalah peristiwa perkembangan pengetahua tentang tingka
laku seseorang melalui berbagai macam metode yang tersusun secara
sistematis. Akhlak diluar islam berarti
ilmuu akhlak yang tidak berdasarkan Alquran dan Hadis. Dimana akhlak diluar
agama Islam ini terdiri dari akhlak bangsa Yunani, agama Nasrani, akhlak bangsa
Romawi dan lain-lain.
Adapun akhlak
bangsa Ibrani itu adalah sebutan populern dari Bani Israil. Yang mana akhlakk
mereka berdasarkan ajaran Yahudi yang disandarka kepada nabi Musa yang tersebut
dalam kitab Taurat. Sebelum Islam datang, manusia bereda pada masa jahiliyah,
yaitu zaman kebodohan. Di zaman jahiliyah bangsa Arab merupakn penduduk yang
menyembah berhala.
Kemudian
datanglah ajaran agama Islam yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Agama
yang membawa ke jalan yang benar dan satu-satunya agama yang diridhai Allah.
Dimana akhlak manusia dalam ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Hadis, yang
disampaikan dari Nabi kepada umatnya.
2.
Saran
Setelah
mempelajari sejarah dan perkembangan ilmu akhlak ini seharusnya kita sadar
tentang akhlak kita. Mencoba merubah untuk menjadi lebih baik lagi. Karena
sebagai orang Islam kita tidak boleh kalah dengan orang-orang diluar Islam seperti
dalam sejarah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1983. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta:
Bulan Bintang
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Persepektif
Alquran. Jakarta:
Amzah
Abudiinata. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
AR, Zahruddin dkk. 2004. Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta: PT Grafindo Perada
0 komentar:
Posting Komentar