BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan
biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman
maupun modal sendiri, yang dalam penggunaannya dana dapat dialokasikan sebagai
suatu investasi, di mana investasi di sini dapat diartikan sebagai penanaman
modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu
mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling
optimal bagi dana yang diinvestasikan. Prestasi baik yang dicapai perusahan
dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten).
Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode
tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk
membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau
menanam saham.
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan,
analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering
dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang
satu dengan yang lainnya.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa pengertian saham?
2.
Apa saja macam-macam Rasio Profitabilitas?
3.
Apa pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap harga saham?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui lebih lanjut apa pengertian saham.
2.
Untuk membahas macam-macam Rasio Profitabilitas.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap
harga saham.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Saham
1. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Menurut Weston dan Copeland (1998) Saham adalah tanda
penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa
tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut.
Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan spekulator. Investor
di sini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan
harapan mendapatkan dividen dan capital gain dalam jangka
panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera
dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang
telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu dividen dan
capital gain.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a) Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal
biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b) Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut
dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui
berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c) Harga pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian
emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang
satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari
penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga
inilah yang benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor
dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar
atau media lain adalah harga pasar.
B. Macam-macam Rasio
Profitabilitas
1) Return On Assets (ROA)
Menurut Riyadi (2006), Return on assets adalah
perbandingan antara keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT = Earning
before interest and taxes) dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan, dengan menggunakan data yang ada pada
Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada perusahaan tersebut. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum
Bunga dan Pajak

Total Aktiva
2) Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap
investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik
manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. Tingkat ROE memiliki
hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin
besar pula harga saham karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa
pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan
tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga pasar saham
cenderung naik (Harahap, 2007).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih

Modal Sendiri
3) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan
strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya
untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar Net Profit Margin berarti
semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan
dengan kegiatan operasinya. (Weston dan Copeland, 1998).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih

Total
Penjualan
4) Earning Per Share (EPS)
Rasio Earning Per Share digunakan untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan.
Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum
setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait.
Rasio diatas menunjukkan bahwa Rp.1,- dari laba bersih
yang dilaporkan menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham biasa beredar
sebesar Rp.xxx,- per lembar saham. Jika rasio yang didapat rendah berarti
perusahaan tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan
pendapatan. Pendapatan yang rendah karena penjualan yang tidak lancar atau
berbiaya tinggi. Jika rasio yang didapat tinggi berarti perusahaan dapat
dikatakan sudah mapan (mature). (Harahap, 2007)
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih

Jumlah Lembar
Saham Biasa
C. Pengaruh Rasio
Profitabilitas terhadap harga saham
1)
Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga
Saham
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum bunga dan
pajak dengan total aktiva. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Asset (ROA)
terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif.
Saat laba sebelum bunga dan pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan
naik, semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen dapat menggunakan total aktiva
perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya akan
meningkatkan harga saham perusahaan sehingga menarik banyak investor untuk
menanamkan modalnya di perusahaan LQ45.
2)
Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga
Saham
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal
sendiri. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Equity (ROE)
terhadap harga saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Saat laba bersih
turun dan modal naik maka ROE akan turun. Hal ini berarti dari total modal yang
ada tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Dengan jumlah equity yang
tinggi maka mengakibatkan banyak dana yang kurang produktif sehingga perlu
adanya pengalokasian dana yang dapat menghasilkan keuntungan, seperti
memperluas lahan usaha atau menambah peralatan pabrik.
3)
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga
Saham
Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan
dengan pendapatan operasional perusahaan. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Net
Profit Margin (NPM) terhadap harga saham tidak memiliki pengaruh yang
signifikan dan hubungan negatif. Saat laba bersih naik, total penjualan pun
akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga
NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti manajemen
mengalami kegagalan dalam hal operasional (penjualan) dan ini akan
mengakibatkan mengurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi dalam
perusahaan LQ45.
4)
Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga
Saham
Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan setelah dikurangi pajak
pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang
saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Saat laba bersih
naik dan jumlah lembar biasa turun maka EPS naik.Hasil dari Uji-t diketahui
bahwa Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham mempunyai pengaruh
yang signifikansi dan hubungan positif. Semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, semakin besar
keberhasilan usaha yang dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut.
Rasio Profitabiltas terdiri dari:
a.
Return On Assets
b.
Return on Equity
c.
Net Profit Margin
d.
Earning per Share
Keempat rasio ini memilki dampak yang positif untuk
perubahan harga saham, semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi
pula harga saham yang dihasilkan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan untuk ROA, pada saat
laba bersih mengalami peningkatan dan jumlah aktiva yang dihasilkan mengalami
penurunan sehingga ROA akan mengalami peningkatan sehingga berpengaruh terhadap
perubahan harga saham, semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula harga
saham yang dihasilkan. Untuk EPS, saat laba bersih naik maka jumlah lembar
saham turun maka EPS akan naik hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham,
semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula harga saham yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadji, M. dan M. Fakhrudin. 2001, Perangkat dan
Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
Gujarati, 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta:
Erlangga
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta: YKPN
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen
Keuangan. Edisi 8, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
www.idx.co.id
0 komentar:
Posting Komentar